April 25, 2025

Potaufeuelpaso | Kuliner Dengan Citarasa Meriah

Sedapnya berbagai rembah dicampur dengan bahan utama pada setiap makanan membuat sensai meriah di lidah.

Kuliner Malam Malang: Rawon Daging Hitam yang Dimasak dengan Kayu Bakar Berdebu

Malang bukan cuma terkenal karena udaranya yang sejuk atau suasana kotanya yang adem, tapi juga karena ragam kuliner malamnya yang bikin susah move on. Salah satu yang paling legendaris dan dicari banyak orang adalah rawon daging hitam—sup daging berkuah gelap pekat yang aromanya menggoda dari kejauhan. Tapi jangan kaget, di beberapa warung rawon malam khas Malang, sajian ini dimasak dengan kayu bakar berdebu, di dapur terbuka ala tradisional. Meski terlihat kurang higienis bagi sebagian orang, rasanya? Tetap juara.

Masak Pakai Kayu Bakar: Aroma dan Cerita

Proses memasak rawon di beberapa warung legendaris Malang masih menggunakan tungku tanah liat dan kayu bakar. Asap mengepul, abu beterbangan, dapur gelap dengan nyala api jingga yang menghangatkan suasana malam. Bagi yang belum terbiasa, mungkin raja zeus slot pemandangan ini terlihat “jadul” atau bahkan “kurang bersih”. Tapi percayalah, di sanalah letak rahasianya.

Pembakaran kayu memberikan aroma khas yang menyatu dengan kuah rawon. Bumbu kluwek yang jadi penentu warna hitamnya rawon justru semakin kaya rasa saat dimasak perlahan di atas api kayu. Ditambah rempah-rempah seperti bawang putih, ketumbar, lengkuas, daun jeruk, dan serai, semua berpadu dalam kuah yang gurih dan nendang.

“Kalau dimasak pakai kompor gas, rasanya beda. Lebih cepat memang, tapi gak ‘mateng hati’,” ujar salah satu pedagang rawon malam di kawasan Klojen, Malang. “Apalagi kalau pakai kayu yang masih ada aromanya, kayak kayu kopi atau rambutan, itu lebih mantap.”

Daging Empuk, Kuah Pekat, Suasana Ngangenin

Ciri khas rawon Malang terletak pada kuahnya yang hitam pekat, tapi tetap jernih dan tidak berminyak berlebihan. Daging sapinya biasanya dipotong besar-besar dan dimasak lama hingga empuk, tapi tetap punya tekstur. Saat disantap dengan nasi hangat, sambal rawit, tauge pendek, dan taburan bawang goreng, rasanya benar-benar menghangatkan tubuh dan hati, apalagi saat malam dingin.

Beberapa warung buka dari jam 7 malam hingga dini hari, jadi tak heran kalau rawon jadi menu andalan para pekerja malam, mahasiswa begadang, atau sekadar pengunjung yang ingin mengisi perut habis jalan-jalan malam.

Debu Kayu? Penggemar Tak Peduli

Meskipun dapur tungku kayu bakar berpotensi menyebarkan debu dan abu halus ke udara, para pelanggan loyal tampaknya tak peduli. Asalkan rasanya tetap khas, tempatnya nyaman, dan harganya bersahabat, rawon berdebu ini justru terasa lebih “alami”.

“Ada debu sedikit? Ah, bumbu alami dari dapur tradisional!” celetuk salah satu pelanggan sambil tertawa, menggambarkan betapa kuliner ini sudah melekat dengan keseharian warga Malang.

BACA JUGA: Bubur Ayam Pedagang Keliling: Kuah Kaldu dari Rebusan Tulang Tapi Dijual Sejak Subuh

Share: Facebook Twitter Linkedin

Comments are closed.